ExploreJogja
Angkringan Jogja: Budaya Nongkrong dan Kuliner Rakyat yang Autentik

Angkringan Jogja: Budaya Nongkrong dan Kuliner Rakyat yang Autentik

Menjelajahi fenomena angkringan di Yogyakarta, warung makan sederhana yang menjadi pusat kuliner dan budaya nongkrong dengan harga terjangkau

Yogyakarta
By Budi Santoso

Daftar Isi

Memuat daftar isi...

Angkringan Jogja: Budaya Nongkrong dan Kuliner Rakyat yang Autentik

Di tengah gemerlap kafe modern dan restoran mewah yang menjamur di Yogyakarta, angkringan tetap berdiri dengan bangga sebagai representasi kuliner rakyat yang autentik. Warung makan sederhana dengan gerobak kayu ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan malam Yogyakarta, menawarkan makanan dan minuman dengan harga yang sangat terjangkau.

Lebih dari sekadar tempat makan, angkringan adalah ruang sosial di mana orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul, berbincang, dan berbagi cerita. Dari mahasiswa yang sedang hemat hingga pekerja kantoran yang ingin bersantai, dari seniman lokal hingga wisatawan yang penasaran—semua berbaur di angkringan, menciptakan atmosfer kesetaraan yang jarang ditemui di tempat lain.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fenomena angkringan di Yogyakarta, dari sejarah dan menu khasnya hingga budaya nongkrong yang menyertainya. Mari kita mulai perjalanan kuliner kita!

Sejarah dan Asal-usul Angkringan

Kata “angkringan” berasal dari bahasa Jawa “angkring” yang berarti “duduk santai” atau “nongkrong”. Ini mencerminkan fungsi utama angkringan sebagai tempat untuk bersantai dan mengobrol sambil menikmati makanan dan minuman sederhana.

Angkringan pertama kali muncul di Yogyakarta pada tahun 1950-an. Konon, seorang pedagang dari Klaten bernama Mbah Pairo adalah orang pertama yang memperkenalkan konsep angkringan di Yogyakarta. Ia berjualan makanan sederhana menggunakan gerobak kayu yang bisa didorong (dalam bahasa Jawa disebut “digendong” atau “diangkring”), yang kemudian menjadi ciri khas angkringan hingga saat ini.

Awalnya, angkringan hanya menjual nasi kucing (nasi dengan lauk sederhana yang dibungkus daun pisang) dan teh. Namun, seiring berjalannya waktu, menu angkringan berkembang menjadi lebih beragam, meskipun tetap mempertahankan kesederhanaan dan harga yang terjangkau.

Pada awalnya, angkringan terutama melayani pekerja malam seperti tukang becak, pedagang pasar, dan pekerja serabutan yang membutuhkan makanan murah di malam hari. Namun, seiring berjalannya waktu, angkringan menjadi populer di kalangan yang lebih luas, termasuk mahasiswa, seniman, dan bahkan wisatawan.

Ciri Khas Angkringan

Angkringan memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari warung makan lainnya:

1. Gerobak Kayu

Ciri paling mencolok dari angkringan adalah gerobak kayunya yang khas. Gerobak ini biasanya terbuat dari kayu dengan atap dari terpal atau seng. Di bagian depan gerobak terdapat etalase kaca tempat makanan dipajang, sementara di bagian belakang terdapat kompor untuk memasak air dan menghangatkan makanan.

Gerobak angkringan dirancang agar mudah dipindahkan, sesuai dengan konsep awalnya sebagai warung makan yang bisa “diangkring” atau didorong ke lokasi yang berbeda.

2. Penerangan Lampu Templok

Salah satu ciri khas angkringan tradisional adalah penggunaan lampu minyak tanah atau “templok” sebagai penerangan. Cahaya temaram dari lampu templok menciptakan suasana yang hangat dan nostalgik, meskipun saat ini banyak angkringan yang sudah beralih ke lampu listrik atau lampu gas.

3. Tikar atau Kursi Kecil

Angkringan tradisional biasanya tidak memiliki meja dan kursi formal. Sebagai gantinya, pelanggan duduk di atas tikar yang digelar di trotoar atau di kursi-kursi kecil (dingklik) yang disusun mengelilingi gerobak. Pengaturan tempat duduk yang sederhana ini menciptakan suasana keakraban dan kesetaraan di antara pelanggan.

4. Jam Operasional Malam

Meskipun saat ini banyak angkringan yang buka sejak sore, angkringan tradisional biasanya beroperasi dari malam hingga dini hari, melayani mereka yang mencari makanan atau tempat nongkrong di malam hari.

5. Harga Terjangkau

Salah satu daya tarik utama angkringan adalah harganya yang sangat terjangkau. Dengan uang sekitar Rp 15.000 - Rp 25.000, seseorang bisa menikmati makan malam lengkap dengan minuman, menjadikan angkringan pilihan populer bagi yang berhemat.

Menu angkringan terkenal dengan kesederhanaannya, namun tetap lezat dan mengenyangkan. Berikut adalah beberapa menu khas yang biasa ditemui di angkringan Yogyakarta:

1. Nasi Kucing

Nasi kucing adalah menu ikonik angkringan. Ini adalah nasi dengan porsi kecil (seukuran “kucing”) yang dibungkus dengan daun pisang dan disajikan dengan lauk sederhana seperti sambal teri, tempe bacem, atau ayam suwir. Meskipun porsinya kecil, nasi kucing sangat mengenyangkan dan biasanya dihargai sangat murah, sekitar Rp 3.000 - Rp 5.000 per bungkus.

2. Aneka Sate

Angkringan menawarkan berbagai jenis sate dengan harga terjangkau, di antaranya:

  • Sate Usus: Sate dari usus ayam yang dibumbui dan dibakar
  • Sate Telur Puyuh: Telur puyuh yang ditusuk dan dibakar dengan bumbu kecap
  • Sate Keong: Keong sawah yang dibakar dan disajikan dengan bumbu kecap pedas
  • Sate Kikil: Kikil sapi yang dibakar dan dibumbui
  • Sate Tempe Gembus: Tempe dari ampas tahu yang dibakar dengan bumbu kecap

Harga sate di angkringan biasanya berkisar antara Rp 2.000 - Rp 5.000 per tusuk, tergantung jenisnya.

3. Gorengan

Berbagai jenis gorengan selalu tersedia di angkringan, seperti:

  • Tempe mendoan
  • Tahu isi
  • Bakwan jagung
  • Pisang goreng
  • Ubi goreng

Gorengan di angkringan biasanya dihargai sekitar Rp 1.000 - Rp 2.000 per potong.

4. Jajanan Tradisional

Selain makanan berat, angkringan juga menjual berbagai jajanan tradisional seperti:

  • Jadah Tempe: Ketan yang dikukus dan dipadatkan, disajikan dengan tempe bacem
  • Ketan Bakar: Ketan yang dibakar dan disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah
  • Tape Goreng: Tape singkong yang digoreng dengan tepung
  • Klepon: Kue bola-bola dari tepung ketan berisi gula merah

5. Minuman Hangat

Angkringan terkenal dengan minuman hangatnya, terutama:

  • Wedang Jahe: Minuman jahe hangat yang menghangatkan tubuh
  • Teh Nasgitel: Teh panas, manis, dan kental
  • Kopi Joss: Kopi hitam yang “dibakar” dengan arang panas
  • Wedang Uwuh: Minuman rempah khas Yogyakarta
  • Wedang Ronde: Minuman hangat dengan bola-bola ketan berisi kacang

Harga minuman di angkringan biasanya berkisar antara Rp 3.000 - Rp 5.000 per gelas.

Kopi Joss: Minuman Ikonik Angkringan

Di antara berbagai minuman yang ditawarkan di angkringan, Kopi Joss mungkin adalah yang paling ikonik dan unik. Minuman ini adalah kopi hitam biasa yang menjadi luar biasa ketika sepotong arang panas dimasukkan ke dalamnya, menciptakan suara “joss” dan gelembung-gelembung yang mendidih.

Konon, Kopi Joss pertama kali dibuat oleh seorang penjual angkringan di Yogyakarta yang ingin meredakan sakit perut pelanggannya. Arang yang dimasukkan ke dalam kopi dipercaya dapat menetralkan asam lambung dan memberikan efek menenangkan.

Proses pembuatan Kopi Joss cukup sederhana:

  1. Kopi hitam diseduh dengan air panas dan ditambahkan gula sesuai selera
  2. Sepotong arang panas dari kompor diambil menggunakan penjepit
  3. Arang panas dimasukkan ke dalam kopi, menciptakan suara “joss” dan gelembung mendidih
  4. Arang dibiarkan beberapa saat di dalam kopi untuk memberikan aroma dan rasa khas
  5. Arang diangkat sebelum kopi diminum

Meskipun terdengar aneh, Kopi Joss memiliki cita rasa yang unik dengan sentuhan smoky yang tidak ditemukan pada kopi biasa. Minuman ini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mencoba pengalaman kuliner yang berbeda di Yogyakarta.

Budaya Nongkrong di Angkringan

Lebih dari sekadar tempat makan, angkringan adalah ruang sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Berikut beberapa aspek budaya nongkrong di angkringan:

1. Ruang Diskusi dan Berbagi Ide

Angkringan sering menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa, seniman, dan aktivis untuk berdiskusi dan berbagi ide. Dalam suasana santai dan tanpa formalitas, berbagai topik dari politik, seni, hingga kehidupan sehari-hari dibahas dengan bebas.

Banyak gerakan sosial, proyek seni, dan bahkan bisnis startup yang idenya bermula dari obrolan santai di angkringan. Atmosfer yang egaliter memungkinkan pertukaran ide yang lebih terbuka dan kreatif.

2. Kesetaraan Sosial

Di angkringan, status sosial seolah melebur. Mahasiswa duduk bersebelahan dengan tukang becak, pekerja kantoran berbincang dengan pedagang kaki lima, dan wisatawan asing berbaur dengan penduduk lokal. Kesetaraan ini menciptakan pengalaman sosial yang unik dan autentik.

Harga yang terjangkau juga memastikan bahwa angkringan dapat diakses oleh semua kalangan, menjadikannya ruang publik yang benar-benar inklusif.

3. Informasi dan Gosip Lokal

Angkringan sering menjadi pusat informasi dan gosip lokal. Berita terbaru tentang kota, mulai dari acara budaya hingga perkembangan politik lokal, sering kali beredar lebih cepat di angkringan daripada di media formal.

Bagi wisatawan, mengobrol dengan penjual atau pelanggan angkringan bisa menjadi cara yang baik untuk mendapatkan informasi tentang tempat-tempat menarik yang mungkin tidak tercantum dalam panduan wisata.

4. Hiburan Spontan

Tidak jarang di angkringan tertentu, terutama yang populer di kalangan seniman, terjadi pertunjukan musik spontan atau pembacaan puisi. Seseorang mungkin membawa gitar dan mulai bernyanyi, diikuti oleh yang lain, menciptakan suasana yang hangat dan menghibur.

5. Ekonomi Malam

Angkringan adalah bagian penting dari ekonomi malam Yogyakarta. Selain memberikan penghasilan bagi pemilik dan pekerjanya, angkringan juga mendukung rantai pasokan lokal, dari petani yang menyediakan bahan makanan hingga produsen gerobak kayu.

Angkringan Terkenal di Yogyakarta

Yogyakarta memiliki banyak angkringan yang tersebar di seluruh kota, dari yang tradisional hingga yang modern. Berikut adalah beberapa angkringan terkenal yang wajib dikunjungi:

1. Angkringan Lik Man

Lokasi: Jl. Wongsodirjan, dekat Stasiun Tugu Jam Buka: 17.00-02.00 WIB Keistimewaan: Angkringan Lik Man adalah salah satu angkringan paling legendaris di Yogyakarta. Berdiri sejak tahun 1950-an, angkringan ini terkenal dengan Kopi Jossnya yang autentik. Suasananya sangat tradisional dengan lampu templok dan tikar yang digelar di trotoar. Angkringan ini sering dikunjungi oleh berbagai kalangan, dari mahasiswa hingga seniman lokal, dan bahkan selebriti yang sedang berkunjung ke Yogyakarta.

2. Angkringan Kopi Joss Jalan Malioboro

Lokasi: Jl. Malioboro, dekat Pasar Beringharjo Jam Buka: 18.00-03.00 WIB Keistimewaan: Terletak di jantung Yogyakarta, angkringan ini menawarkan pengalaman nongkrong yang autentik di tengah keramaian Malioboro. Selain Kopi Joss yang terkenal, angkringan ini juga menawarkan berbagai makanan khas angkringan dengan harga yang sangat terjangkau. Lokasinya yang strategis menjadikannya tempat favorit bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman angkringan.

3. Angkringan Tugu Jogja

Lokasi: Jl. P. Mangkubumi, dekat Tugu Yogyakarta Jam Buka: 18.00-02.00 WIB Keistimewaan: Angkringan Tugu Jogja menawarkan pengalaman nongkrong dengan latar belakang Tugu Yogyakarta yang ikonik. Angkringan ini lebih modern dengan tenda yang lebih besar dan kursi plastik, tetapi tetap mempertahankan menu tradisional angkringan. Tempatnya yang luas membuatnya cocok untuk rombongan besar.

4. Angkringan Wijilan

Lokasi: Jl. Wijilan, dekat Keraton Yogyakarta Jam Buka: 17.00-01.00 WIB Keistimewaan: Terletak di kawasan kuliner Wijilan yang terkenal dengan gudegnya, angkringan ini menawarkan pengalaman kuliner yang unik dengan menu angkringan tradisional yang dipadu dengan gudeg Wijilan. Suasananya lebih tenang dibandingkan angkringan di area Malioboro, menjadikannya tempat yang nyaman untuk mengobrol.

5. Angkringan Pak Satari

Lokasi: Jl. Kaliurang KM 5, dekat UGM Jam Buka: 17.00-02.00 WIB Keistimewaan: Terletak di kawasan kampus UGM, angkringan ini populer di kalangan mahasiswa. Menu yang ditawarkan lebih beragam dari angkringan tradisional, dengan tambahan seperti mie instan dan nasi goreng. Harganya tetap terjangkau, menjadikannya tempat nongkrong favorit mahasiswa yang sedang hemat.

Angkringan Modern: Evolusi Budaya

Seiring dengan perkembangan zaman, konsep angkringan juga mengalami evolusi. Saat ini, banyak bermunculan “angkringan modern” yang mengadopsi konsep dasar angkringan tetapi dengan beberapa modifikasi:

1. Angkringan Kafe

Beberapa pengusaha kreatif telah menggabungkan konsep angkringan tradisional dengan kafe modern, menciptakan “angkringan kafe”. Tempat-tempat ini menawarkan menu angkringan tradisional bersama dengan kopi spesialti dan makanan fusion, dalam setting yang lebih nyaman dengan meja, kursi, dan bahkan AC.

Contoh populer termasuk “Angkringan Kopi Klotok” dan “Angkringan Kafe Blandongan” yang menawarkan pengalaman angkringan dengan kenyamanan kafe modern.

2. Angkringan dengan Fasilitas Modern

Beberapa angkringan tradisional telah menambahkan fasilitas modern seperti Wi-Fi gratis, stopkontak untuk mengisi daya gadget, dan bahkan layar proyektor untuk menonton pertandingan sepak bola atau film. Ini menarik pelanggan yang ingin nongkrong lebih lama sambil tetap terhubung dengan dunia digital.

3. Angkringan Tematik

Ada juga angkringan tematik yang menggabungkan konsep angkringan dengan tema tertentu, seperti angkringan vintage dengan dekorasi retro, angkringan literasi dengan koleksi buku yang bisa dibaca, atau angkringan seni dengan pameran karya seni lokal.

4. Angkringan Franchise

Kesuksesan konsep angkringan telah menginspirasi beberapa pengusaha untuk mengembangkan franchise angkringan modern, dengan branding dan menu yang seragam di berbagai lokasi. Meskipun kehilangan beberapa keotentikan, model bisnis ini membantu melestarikan dan mempopulerkan konsep angkringan ke audiens yang lebih luas.

Tips Menikmati Angkringan ala Orang Jogja

Untuk mendapatkan pengalaman angkringan yang autentik, berikut beberapa tips ala orang Jogja:

1. Datang di Waktu yang Tepat

Waktu terbaik untuk mengunjungi angkringan adalah antara pukul 20.00-24.00 WIB, ketika suasana paling hidup dan menu masih lengkap. Angkringan populer biasanya mulai ramai sekitar pukul 21.00 WIB.

2. Bersosialisasi

Jangan ragu untuk memulai percakapan dengan penjual atau pelanggan lain. Orang Jogja umumnya ramah dan senang berbagi cerita atau informasi dengan pendatang. Ini adalah cara terbaik untuk mendapatkan pengalaman angkringan yang autentik.

3. Coba Menu Khas

Pastikan untuk mencoba menu khas angkringan seperti nasi kucing, sate usus, dan tentu saja Kopi Joss. Jangan ragu untuk bertanya kepada penjual tentang rekomendasi menu terbaik mereka.

4. Bawa Uang Tunai

Meskipun beberapa angkringan modern sudah menerima pembayaran digital, sebagian besar angkringan tradisional masih mengandalkan transaksi tunai. Pastikan untuk membawa uang tunai dalam pecahan kecil.

5. Hormati Etika Lokal

Angkringan adalah tempat di mana berbagai kalangan bertemu, jadi penting untuk menghormati etika lokal. Berbicara dengan sopan, tidak terlalu berisik, dan membayar dengan tepat adalah beberapa etika dasar yang perlu diperhatikan.

6. Nikmati Prosesnya

Angkringan bukan tempat untuk makan terburu-buru. Luangkan waktu untuk menikmati makanan, minuman, dan terutama suasana dan percakapan. Inilah esensi sejati dari budaya nongkrong di angkringan.

Kesimpulan

Angkringan adalah lebih dari sekadar warung makan—ini adalah institusi budaya yang mencerminkan semangat kerakyatan dan kebersamaan masyarakat Yogyakarta. Dengan harga yang terjangkau dan suasana yang egaliter, angkringan telah menjadi ruang sosial yang penting di mana ide-ide dipertukarkan, persahabatan dibentuk, dan budaya lokal dilestarikan.

Meskipun menghadapi persaingan dari kafe modern dan restoran cepat saji, angkringan tetap bertahan dan bahkan berkembang, beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan esensi tradisionalnya. Ini adalah bukti ketahanan budaya lokal di tengah arus globalisasi.

Saat Anda berkunjung ke Yogyakarta, luangkan waktu untuk menikmati pengalaman nongkrong di angkringan. Nikmati kesederhanaan makanan dan minumannya, rasakan kehangatan interaksi sosialnya, dan pahami mengapa angkringan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kultural Kota Gudeg.

Selamat menikmati pengalaman angkringan dan petualangan kuliner Anda di Yogyakarta!

Share this article